Senin, 20 September 2010

Ketupat Kheteg Peninggalan Sunan Giri

GRESIK- Ternyata Gresik, Jawa Timur, tidak hanya dikenal dengan makanan khas pudak dan nasi krawu, namun juga ketupat kheteg.

Ketupat peninggalan pemerintahan Giri Kedathon tersebut hanya diproduksi di Kampung Giri, Kecamatan Kebomas dan mempunyai keistimewaan dibanding ketupat lain. Bukan hanya istimewa cara memasaknya, ketupat yang biasa disajikan saat lebaran itu rasanya juga berbeda.

Bentuknya, sepintas mirip ketupat lain. Dibungkus anyaman daun janur. Warnanya lebih kehijau-hijauan bila dibandingkan dengan ketupat biasa yang putih. Bahannya juga bukan beras, tetapi campuran beras dan ketan.

Rasanya lebih gurih dan lengket di tangan. Bahkan penyajiannya juga beda. Disajikan dengan parutan buah kelapa dicampur dengan cairan gula merah. Sehingga rasanya manis bercampur gurih.

Keistimewaan lainnya, air untuk memasak ketupat ini bukan air yang lazim memasak yaitu air sumur, PDAM, atau air isi ulang. Namun, ketupat ketheg dimasak dengan air sumur yang mengandung minyak. Warga setempat biasa menyebut lanthung karena warnanya kehitaman.

Di sekitar pegunungan Giri, ada sedikitnya 36 sumur. Hanya sumur peninggalan Kolonial Belanda itu tersebar di beberap desa. Di Desa Sekarkurung, Kecamatan Kebomas ada sekitar empat yang masih aktif yang masih diambil untuk memasak ketupat. Airnya sedikit keruh karena memang bercampur dengan minyak.

“Karena itulah, kami menamakan ketupat di sini ketupat ketheg. Airnya bercampur minyak. Kendati bercampur minyak belum ada yang keracunan,” ujar Chamim (45), warga Desa Sekarkurung yang tetap membuat ketupat peninggalan Sunan Giri tersebut.

Pembuatan ketuapat ketheg tidak ubahnya membuat ketupat biasa. Sebelumnya, harus disiapkan anyaman janur berbentuk ketupat yang kemudian direndam di dalam air sumur ketheg. Sementara, isi ketupat adonannya seperti biasa. Beras atau beras ketan dicuci dengan air sumur ketheg hingga beberapa kali.

“Setelah selesai, air dibuang. Kemudian, beras ketan dimasukkan ke dalam bungkusan ketupat yang sudah ditiriskan. Selesai membungkus, ketupat siap dimasak dalam air ketheg hingga enam jam,”kata dia.

Setelah masak, ketupat ditiriskan dan digantung untuk diangin-anginkan agar isinya keset atau tidak lembek. Karena dicuci, direndam, dan direbus dengan air sumur ketheg, wujud ketupat ketheg tidak sebersih ketupat biasa. Warnanya kecokelat-cokelatan mirip warna air lanthung di dalam sumur.

Aris Wahyudianto, warga Petemon Surabaya, mengatakan rasa ketupat ketheg jauh lebih enak daripada ketupat biasa. Mempunya bau khas yang agak wangi. Rasanya juga gurih seperti ada campuran rempah-rempahnya.

“Enak dimakan langsung. Apalagi, dimakan dengan sayur lodeh dan opor ayam serta sambal goreng ati. Rasanya luar biasa,” ujarnya.

Tokoh Pemuda Giri, Mukhlas Yusli Saputra mengatakan, bila ketupat ketheg ini tidak hanya jadi suguhan Lebaran. Namun, di hari biasa juga bisa ditemui di lokasi Wisata Religi Sunan Giri.

“Dulunya, ketupat yang bernam aketupat Giri ini menjadi kue suguhan saat Sunan Giri menerima tamu. Makanya dibuat tidak untuk langsung habis, tetapi hanya untuk dipotong-potong. Nah, sekarang menjadi tradisi,” ungkap Mukhlas.

Hanya, lanjut dia, saat ini para pembuat ketupat ketheg tersebut mulai berkurang. Di Desa Sekarkurung ada dua orang, diantarnaya keluarga Chamim dan saudaranya. Kemudian di Dusun Kojen, Desa Giri juga tinggal seorang keluarga. Sedangkan di Desa Ngargosari juga ada, tinggal satu keluarga.

“Tidak punya keahlihan khusus untuk membuat ketupat ketheg, tetapi biasanya turun-temurun. Makanya, bila tradisi ini tidak dipertahankan kami khawatir akan musnah,” pungkas Mukhlas.(Ashadi Iksan /Koran SI/ful)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar